Krisis Energi
Minggu, 09 Maret 2008
Texas, Nov 2008-Foto ini diambil setelah makan siang di sebuah desa kecil di Midland Texas, salah satu unit operasi perusahaan minyak. Momen ini diambil secara spontan dengan sebuah kamera saku Canon SD 750 yg sudah sering digunakan selama kunjungan kerja di negri Paman Sam.

Kesempatan makan disalah satu restoran "kampoeng" negara adidaya ini memberikan nuansa tersendiri. Bentuknya tak lebih dari rumah makan Ajo, berdindingkan kayu dan berlantaikan semen yg tak rata. Disekitar restoran banyak terdapat rumah reot dan kumuh. Semak dan rumput tumbuh liar dimana-mana. Kesan berada disebuah negara besar larut dalam kesederhanaan "RSSS" sebuah desa "cowboy".

Setelah beberapa jam menyusuri ladang minyak yg datar dan tandus, salah seorang field operator memberitahu tempat makan terdekat disekitar field tersebut. Tentunya kriteria restoran sudah dikasih tau sama si bule- ada ikan-nya dan tidak ada kaitan dgn "babe". Awalnya sempat berpikir kalau si bule baik banget dengan menawarkan makan siang bersama ditempat teman beliau.."Let's go to My Friends for lunch". Taunya, dibawa ke restoran ala Ajo Si-dinginan. Lebih parah lagi, si bule nungguin saya bayarin makanannya (walaupun saya tamunya). Hal ini mengingatkan saya ttg joke mobil bus Kawan jurusan Padang-Pariaman. Satu-satunya naik mobil "kawan" yg bayar adalah bus tersebut. Ayuii yahh..ba'a ko jo..abih padi dek jawi, Jo !

Kincir Angin yang ditempatkan pd sebuah tower kecil dgn tinggi lebih kurang 8 meter hanyalah hiasan papan nama restoran tersebut. Dengan latar langit biru, objek yg diambil keliatan lebih mencorong- walaupun hanya sebuah kincir angin dan papan nama yg tidak lebih baik dari papan nama Simpang Raya. Tak "obah" seperti kondisi Amerika saat ini. Langit biru adalah latar atau pendahulu atau pendiri negara besar ini yang telah berhasil memberikan momentum besar terhadap roda perekonomian, hankam, politik dan berbagai bidang lainnya. Yg kita lihat hari ini, kebesaran dan kemegahan tersebut adalah sisa-sisa energi atau kesuksesan pendahulunya. Yg ada saat ini adalah sebuah papan biasa dan kincir tua....kenyataanya adalah Amerika sedang berjuang untuk berusaha bangkit dari berbagai krisis seperti krisis ekonomi, krisis moril ("generasi pemalas"), krisis pendidikan, krisis kepemimpinan, dll.

Field yg saya kunjungi mempunyai produksi fluida cukup besar 300,000 barrel fluid per hari. Tapi hanya 3% saja yg mengasilkan minyak mentah atau lebih kurang 9,000 barrel per hari dari 1000 sumur minyak. Kalau dibagi rata-rata, satu sumur hanya berproduksi sekitar 9 barrel per hari. Dari 9 barrel per hari tersebut mereka berhasil membuat itu ekonomis. Salah satu kunci suksesnya adalah teknologi (field automation) dan kerja keras tentunya. Bukan dengan cara "short cut" dengan cara menyerang Irak dan negara minyak lainnya.

Alah tu Jo, rancak manggaleh karambia sae atau ladang kelapa sawit...mana tau jadi Raja Minyak tahun 2020.